Rabu, 08 April 2015

Reward and Punishment, Bisa Obat Bisa Racun



Ibarat obat dari dokter, metode pemberian hadiah dan hukuman memang bisa bermanfaat menyembuhkan penyakit kepribadian anak yang buruk. Tetapi perlu diingat bahwa obat dokter memiliki dosis dan takaran tertentu yang harus diberikan sesuai dengan perkembangan usia, jenis penyakit dan kondisi badan penderita.

Demikian pula halnya dengan pemberian hadiah dan hukuman, juga memiliki aturan, syarat serta ukuran – ukuran tertentu yang dosis dan ukurannya bisa jadi berbeda antara anak yang satu dengan yang lain, tergantung pada kasus yang dihadapi masing-masing. Sebuah dosis pemberian reward and punishment yang efektif bagi anak yang satu belum tentu efektif bagi anak yang lain karena masing-masing memiliki factor pendukung yang berbeda-beda. Seperti juga pemberian obat dokter, maka pemberian reward and punishment yang tidak sesuai dengan dosis yang dibutuhkan anak akan menjadi tidak efektif. Kekurangan atau kelebihan dosis bisa jadi membuatnya kehilangan fungsi sebagai obat, bahkan bisa berubah menjadi racun yang justru semakin merusak kepribadian anak. Kasus – kasus dimana perilaku anak justru semakin buruk setelah diberi hukuman serta kasus ketergantungan anak terhadap keberadaan hadiah sebelum ia bersedia berbuat baik merupakan contoh – contoh akibat dari obat yang berubah menjadi racun. Hal ini tidak sedikit terjadi di tengah masyarakat.
Seorang ayah dengan tegas memprotes, menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan cara pemberian hadiah dan hukuman kepada anak. Hal tersebut dikarenakan berkaca dari pengalamannya di masa kecil, manakala neneknya suka menjanjikan hadiah kepada siapa yang berhasil berpuasa sampai maghrib. Maka berlomab-lombalah ia dan saudara-saudaranya yang lain untuk memperoleh hadiah tersebut. Namun janji pemberian hadiah tersebut akhirnya justru memotivasi dirinya untuk berbohong kepada sang nenek. Ayah tersebut berkisah bagaimana ia berpura-pura puasa di hadapan nenek, padahal ia selalu mencuri – curi kesempatan untuk makan dan minum jika sedang tidak ada yang melihat.
Karena tak ingin hal tersebut terjadi pada putra – putrinya sekarang, maka ayah ini pun menjadi orang yang tidak setuju dengan pemberian reward and punishment. Tentu saja, tak boleh ada yang melarang apakah seseorang akan setuju atau tidak dengan pemberian reward and punishment ini. Namun yang pasti, ada yang salah dengan pemberian hadiah yang dilakukan nenek kepada ayah ini, sehingga niat baiknya justru mengakibatkan tumbuhnya sifat buruk. Ada kekeliruan yang mungkin terjadi pada proses pemberian hadiah atau bisa jadi juga letak kesalahan terjadi pada dosis pemberiannya, atau kesalahan menentukan waktu pemberian hadiah.

0 komentar:

Posting Komentar